Pertemuan Pertama Naga Api Di Lembah Hitam - 05
2:57 AM
Untuk sementara, mereka berdua tetap tinggal di daratan kecil bersama penduduk yang ramah dan religius. Hoca berusaha beradaptasi dengan lingkungan baru, walaupun dirinya merasakan kegagalan yang tidak pernah dibayangkan. Mereka tinggal disebuah bukit pinggiran kota jauh dari hiruk pikuk keramaian, pemilihan tempat ini menurut Hoca merupakan hunian terbaik untuk berfikir jernih dalam menyusun rencana mendatang. Keinginannya tetap keras, dia akan terus berusaha menemukan pilar suci di pulau misteris.
Siang itu Hoca tengah menjelajah pinggiran kota yang dipnuhi tanaman liar, cukup jauh dia berjalan menyusuri hutan yang biasanya digunakan penduduk untuk berburu rusa. Lelah terasa, dia duduk diantara bebatuan tua yang tersusun rapi, tampaknya batu-batu itu terpahat seperti bangunan candi tua. Tulisan-tulisan di dinding bebatuan tidak jelas, tapi kaligrafi yang terlihat seperti bahasa arab dengan simbol-simbol asing yang belum pernah dilihatnya.
Hoca berusaha membaca tulisan itu satu per satu, menaiki susunan batu hingga mencapai puncak tertinggi. Di puncak itu dia merasa bingung dan bertantya-tanya, siapa yang telah menyusun bebatuan ini sedemikian rapi? Tak sadar batu pijakannya sangat rapuh dan bergoyang, Hoca kehilangan keseimbangan dan terjatuh, terperosok kebagian bawah. Dia tak menyadari bahwa bebatuan itu berada di pinggir jurang, sebuah jurang yang dalam dan belum pernah orang memijakkan kaki ke tempat itu.
Beberapa jam Hoca kehilangan kesadaran karena benturan dahan pepohonan, untungnya pephonan dinding lembah sangat lebat sehingga tubuhnya tidak langsung menyentuh tanah. Hingga hampir senja dia tersadar, sebuah jurang gelap yang tertutupi hutan lebat, sedikit sekali cahaya yang menembus ke dasar jurang. Hoca berjalan tertatih menyusuri lembah hingga mencapai ujung lembah yang tampak seperti lorong penuh cahaya, cahaya itu membuat Hoca lega dan segera melangkahkan kakinya.
Langkahnya tiba-tiba terhenti ketika melihat beberapa tengkorak tergeletak ditanah, mereka berpakaian kesatria, berbaju besi dan memegang pedang ataupun tombak. Usia mereka mungkin sudah ratusan tahun, rompi besi yang digunakan sudah mulai kusam, berlumut dan berkarat. Terkecuali pedang dan tombak, tampaknya besi yang mereka gunakan sangat kokoh. Merasa khawatir, dia mengambil senjata dan armor yang bisa dipergunakan,... ada apa di depan sana? Yang terdengar hanya suara desis, seperti angin yang bertiup diantara lorong lembah, atau lebih buruk dari yang difikirkannya.
"Tak ada yang bisa melalui jalan ini, sebelum mereka melewatiku!" Suara itu berasal dari ujung lorong lembah yang bercahaya, tapi Hoca tak melihat wujudnya.
"Aku berusaha keluar dari lembah hitam dan gelap ini, Tuan. Izinkan aku keluar dari sini."
"Kau ingin keluar? Kau tidak bisa melupakan Aku, penguasa tunggal lembah ini. Orang-orang yang ingin keluar dari lembah hitam harus berhadapan denganku sebelum mencapai lorong cahaya itu."
Sepasang taring tampak jelas keluar dari kegelapan diikuti bola mata merah yang besar perlahan-lahan terbuka, seseorang tampaknya telah mengganggu tidurnya. Hoca sempat mundur beberapa langkah menjauh dari tatapannya, seekor naga raksasa bangkit dan dirinya sangat tidak sebanding. Dalam kepanikan, dia berusaha mengambil armor dan senjata yang tersisa diantara tulang-tulang berserakan untuk melindungi dari taring yang tajam. Monster itu tak mengenal ampun, tanpa basa-basi langsung menyerang Hoca sehingga menutupi diri dengan perisai.


Komentar